LEGO
Premier “The Lego Movie” sukses meraup US$69 juta pada minggu pembukaan dan menjadikannya sejauh ini debut film terbesar. Padahal, 10 tahun lalu perusahaan permainan anak-anak ini berada di jurang kebangkrutan. Bagaimana cara LEGO berhasil bangkit?
Ketika Vig Knudstrop menjadi CEO Lego para 2004,
perusahaan ini sedang berjuang untuk memberikan apa yang diinginkan konsumen
sekaligus mengelola keuangan dengan efektif. Knudstrop akhirnya membawa
tanggung jawab fiskal ini. Dia mencoba sesuatu yang baru yaitu menyerahkan arah
kreativitas desain kepada para penggemar berat LEGO .
Saat itu perusahaan LEGO tak tahu berapa biaya yang
dibutuhkan untuk membuat bata mainan mereka dan tak tahu berapa set mainan yang
harus dibuat. Hal yang mengejutkan adalah beberapa kepala dari beberapa set
permainan LEGO – termasuk set LEGO kits micro-motor dan optic fiber – dinilai
tidak perform dan mengakibatkan kerugian.
Masalah ditambah lagi dengan keputusan untuk
merumahkan banyak perancang LEGO yang telah menciptakan set permainan dari
mulai akhir tahun 70-an hingga 90-an.
Posisi para perancang tersebut digantikan oleh para
para perancang lulusan universitas terbaik di seluruh Eropa. Sayangnya,
meskipun mereka adalah para perancang hebat, tapi mereka tidak memahami
spesifikasi desain mainan dan LEGO building.
Peningkatan partisi bata LEGO dari 6,000 hingga
12,000 buah mengakibatkan masalah pada logistik, pergudangan dan penambahan
infrastruktur tanpa adanya peningkatan
penjualan. Satu-satunya alasan mengapa LEGO saat itu masih bisa bertahan adalah
karena LEGO seri “Star Wars” dan “Bionicle” sukses diterima pasar. Tapi, tentu
saja LEGO tak bisa bertahan lama jika hanya mengandalkan seri permainan
tersebut.
Knudstorp akhirnya memutuskan untuk menyerahkan
kendali kreativitas kepada tangan-tangan para penggemar berat LEGO daripada
perancang yang memiliki keterampilan tetapi kurang memahami secara nyata
sejarah LEGO. Perusahaan asal Denamark ini melakukan rekruitmen penggemar berat
LEGO pertama kali pada tahun 2006.
Keputusan Knudstrop tidak salah. Para perancang sekaligus
penggemar berat LEGO ini tumbuh dengan permainan bata plastik ini. Tentu mereka
memiliki ide-ide yang sebelumnya tertahan dan mereka mewakili keinginan
konsumen LEGO yang sebenarnya. Kini, LEGO mempekerjakan para lulusan desain dan
beberap AFOL (Adult fans of LEGO) atau dewasa penggemar LEGO.
Mark Stafford, salah seorang perancang sekaligus
AFOL, mengatakan dalam situs Reddit bahwa baginya ini adalah tujuh tahun yang
fantastis dan memang tujuan perusahaan ini untuk membuat bata-bata mainannya
tak hanya sekadar mainan bagi anak-anak, tetapi juga alat untuk berimajinasi
dan berkreativitas.
LEGO sukses bangkit dari jurang kebangkrutan.
Peluncuran film “The Lego Movie” menandakan bahwa perusahaan ini semakin
memantapkan posisi mereknya dalam industri mainan anak.
Sumber : https://marketing.co.id/cara-lego-bangkit-dari-jurang-kebangkrutan/
No comments:
Post a Comment